Langsung ke konten utama

Peran Media dalam Pembentukan Kepemimpinan Muda

Ir. Tifatul Sembiring (Menteri Kominfo RI)
National Leadership Camp 2012 Jakarta
Betapa pentingnya suatu skill itu dimiliki oleh seorang pemimpin. Bagaimana tidak, seseorang yang mempunya visi dan misi kemudian tidak disampaikan kepada anggotanya? Hal itu hanya akan menghasilkan suatu ketidak efektifan saja.  Pemimpin di Indonesia memiliki kemampuan komunikasi kurang bagus,” ucap Ir Tifatul Sembiring, Menteri Komunikasi dan Informasi (Kominfo) itu.  Oleh karenanya inilah yang harus dimiliki seorang leader:
a.      Moral
b.      Visi
c.       Kompetensi
d.      Komunikasi.


    i.      Moral
Pemimpin yang memiliki keteguhan karakter akan tidak mudah gagal dalam hidupnya. Bukan hanya itu saja, sosok pemimpin akan menjadi panutan atau teladan bagi pengikutnya. Ketika pemimpin sudah tidak memiliki moral, kemudian bagaimana dengan bawahannya? Itulah pentingnya moral.
  ii.      Visi
Visi inilah yang menjadi pembeda paling mendasar antara pemimpin dengan orang yang mengikuti. Ketika hal itu mengiringi seorang pemimpin, maka kepemimpinannya akan menghasilkan suatu filisofi. Itulah akibat adanya ketertarikan dari adanya pengikut. Seperti halnya ungkapan “No philosopy no follower”
iii.      Kompetensi
 Setelah memiliki visi, pemimpin harus bisa mengimplementasikan visinya itu. Jangan sampai ia membuat bingung para pengikutnya karena ia tidak bisa mengimplementasikan visinya itu karena tidak punya kompetensi.
 iv.       Komunikasi
Inilah yang menjadi sorotan utama dalam pembahasan kali ini. Tanpa komunikasi seorang pemimpin hanya akan menjadi pemimpin di puncak saja. Ia tidak bisa menyampaikan apa keinginannya kepada anak buahnya.
Hal paling mudah melihat kemampuan komunikasi seorang pemimpin adalah saat ia berpidato. Menurut seobahwarang pakar komunikasi Barat, ada sebuah konsep berpidato yang ia namakan POWER. Yang merupakan  kepanjangan dari: Punch, On Theme, Window, Ear, dan Resume.
a.      Punch, maksudnya adalah di awal pidato seorang pemimpin harus mampu memberikan sebuah kesan bahwa pidatonya itu layak di dengarkan. Hendaknya punch ini diberikan sebelum 8 detik pertama. Bentuk punch bisa macam-macam, contohnya puisi, kutipan, proyeksi, pantun, humor, dll. pemimpin yang tidak mampu memberikan punch bisa ditinggal pendengarnya karena tidak fokus.
b.      On theme, dalam berpidato hendaknya seseorang memilih satu fokus tema. Tujuannya agar ada arah pidato. Jangan sampai pendengar diputar-putarkan sehingga bingung ketika mendengar pidatonya.
c.       Window. Maksud window adalah ilustrasi. Hal ini dimaksudkan agar tidak pendengar tidak bosan. Pidato yang hanya mengandalkan data dan kata, akan membosankan ketika di dengar, untuk itu seorang pemimpin perlu memberikan ilustrasi-ilustrasi yang berkaitan dengan isi pidatonya.
d.      Ear, maksudnya ketika berpidato hendaknya diperhatikan “telinga” pendengar. Berpidato harus sesuai dengan kemampuan sang pendengar, atau dalam Islam dikenal “berbicara dengan bahasa kaumnya”. Jangan sampai terjadi roaming (tidak nyambung) ketika berpidato.
e.      resume. Jangan lupa memberikan kesimpulan. Tujuannya agar di akhir, pendengar memahami keseluruhan isi dari pidato. Dalam berpidato hendaknya jangan terlalu lama, maksimal 18 menit. Menghindari terjadinya kebosanan.
·         Ada tiga tipe media:
(1)   Media oral;
Media dari mulut ke mulut. Berita yang menarik ketika tersebar melalui media akan sampai ke seluruh dunia dalam waktu kurang lebih 100 tahun
(2)   Media cetak;
Media cetak seperti buku, koran, selebaran, dsb. Akan tersebar ke seluruh dunia dalam jangka waktu 25 tahun
(3)   Media elektronik.
Media paling efektif dalam cara menyampaikan dan hasilnya. Hanya dalam hitungan detik, informasi mampu tersebar ke seluruh penjuru Dunia.

Dengan karakteristik media yang seperti itu seorang pemimpin wajib mempertimbangkan penggunaan media. Kita bisa melihat sekarang, untuk meneguhkan eksistensi politik, industri media mulai banyak dilirik. Kepemilikan media elektronik bisa menjadi kekuatan politik yang hebat. Untuk itu sebagai calon pemimpin masa depan kita harus bisa memanfaatkan media sebagai sarana pembelajaran. Tetapi jangan menggunakan media sebagai sarana pencitraan saja, melainkan juga untuk menyebarluaskan kebaikan-kebaikn kepada rakyat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Save Bonus Demografi!

S edikit keluar dari keseharian seorang mahasiswa teknik, perlu adanya perenungan terhadap fenomena hangat zaman ini. Sebuah anugerah atau mungkin musibah yang akan diterima bangsa ini. Sebuah kado dari Tuhan yang entah siapa yang memintanya. Bahkan, tidak ada yang pernah menyadari akan kemurahan yang diberikan-Nya itu kepada Bangsa Indonesia. Setiap masalah yang melanda negeri ini, membuat banyak pikiran terdistribusi untuk ikut menyelesaikan. Baik masalah yang bersifat klasik, hingga permasalahan yang 'dibuat-buat' manusia. Seperti halnya bencana alam yang memporak-porandakan tanah air, bentrok yang memecah belah persatuan bangsa, dan korupsi yang menjamur di mana-mana. Akan tetapi, hal seperti itu perlu disikapi dari sudut pandang yang berbeda. Menyelesaikan masalah dengan melakukan berbagai cara yang bersifat preventif. Dalam hal ini selalu berpikir visioner dalam bertindak. Bonus demografi adalah adalah istilah kependudukan untuk menggambarkan tersedianya

Pekerjaan Hati

 Durasi : 1 menit Sumber : drjuanda.com Cukuplah semua itu bermuara di hati yang terdalam Tak perlu kau umbar seperti halnya hitam yang kelam Kau menginginkan siang, tapi kau dapati malam Begitulah dunia yang dipenuhi hukum alam

IYCC #1 : Opportunity and Readiness

Mungkin cerita ini sudah lama dimulai. Hampir sekitar sebulan yang lalu.Tapi momen yang pas buat ditulis memang saat ini. Entah itu karena moodnya bagus atau emang dulu itu lagi malas. hehe. Singkat cerita, setelah dapet surat Invitation buat ikut konferensi internasional (yang pertama bagi saya, pertama keluar Negeri juga, dan pastinya pertama naik pesawat. Yeahhh. :D) saya memutuskan untuk tidak mengikutinya. (anehkan ya kalau itu ditolak). Saya masih ingat sekali apa yang diperbincangkan saat itu bersama coach saya di asrama yaitu mas Wawan Ismanto tea. :D Mungkin kaya gini ceritanya. A= Ane C= Coach aka Mas Wawan Ismanto A : Mas, ane dapet undangan buat ikut International Youth Cultural Conference di Malaysia, tapi kayanya ane kemungkinan besar ga ikut. C : Lho kenapa? deket lho padahal ke Malaysia itu. A : Deket sih deket, tapi ane ga ada dananya mas. C: Emang sekitar berapa gitu kalau berangkat? A: Pesawat sama hotel paling sekitar Sejutaan. (Ngasal jawab tanpa