Langsung ke konten utama

Islam and Economic development

Durasi : 3 Menit
 
Keberhasilan Negara Malaysia dalam menangani Islam dan pembangunan Ekonomi, perlu dijadikan pembelajaran. Bukan untuk mengklaim apa yang dimiliki mereka, akan tetapi menerapkan kebenaran dan kesuksesan yang sesuai dengan norma Islam. Semula memang kondisi Negara itu “pas-pasan”. Tapi, kini melejit sehingga menjadi salah satu negara yang menatap kemajuan yang berada tak jauh de depannya, baik dalam bidang pemerintahan, politik, ekonomi, dan berbagai bidang lainnya. Jika kita melihat Malaysia yang seperti sekarang tidak bisa dilepaskan dari proses islamisasi Malaysia sendiri yang digagas oleh Perdana Menteri Mahathir Muhammad Mohammad, seorang perdana menteri malaysia yang berkuasa kira-kira 2 dekade di Malaysia, sejak tahun 1980-an. 

Mengawali materi ini sebelumnya akan desampaika beberapa pendapat pakar-pakar kenegararan barat mengenai kemajuan dan definisi negara maju. Pertama, Lerner, pada tahun 1968 menyatakan bahwa negara yang maju adalah negara yang sekuler. Yang kedua pada tahu 1965 Von der Mahden menyatakan bahwa negara yang maju adalah negara yang memisahkan agama dengan iptek (ilmu pengeahuan dan teknologi). Kedua pendapat dari pakar kenegaraan barat ini sangat menguatkans atu sama lain bahwa untuk menjadi negara yang maju kita harus melakukan sitingsi dan diferensiasi yang jelas mengenai sektor-sektor yang menyentuh sisi-sisi dari negara itu sendiri, khususnya pada sisi keagamaan. Ada semacam stigma negatif yang menyelubngi pemikir orientalis ketika mereka membicarakan kaitan antara ilmu agama dan penerapannya dalam kehidupan nyata di luar ritual dengan sektor-sektor seperti negara maupun Iptek. Hal ini tidak lepas dari sejarah negatif yang menyelimuti pemerintahan agama di sana.
Akan tetapi satu hal yang perlu diperhatikan para pemikir orientalis mengenai islam, yaitu islam merupakan satu-satunya agama yang mencakup keseluruhan sektor kehidupan manusia. Islam itu bersifat holistik (syumuliyatul islam). Oleh karena itu di Malaysia muncul tokoh pergerakan yang menginginkan islam sebagai air yang mampu memecahkan kekeringan di Malaysia, baik itu kekeringan dalam perpolitikan, sosial, perekonomian, dan sebagainya. Orang itu bernama Mahathir Muhammad. Mhathir Muhammad yang ketika itu menjadi calon perdana menteri berpikir mengapa kita tidak melakukan balancing antara islam dan kehidupan sehari-hari di Malaysia. Beliau melihat kenyataan bahwa sistem sekuler yang selama ini dipuja-puja dan diterapkan di Malaysia sejak tahun 1957 hingga tahun 1980 belum ada perbaikan pada berbagai lini kehidupan di Malaysia, malah sempat terjadi kerusuhan yang sangat luar biasa pada tahun 1969 antara ras melayu dengan ras cina. Sekain itu ada semacam dorongan dari rakyat Malaysia untuk menjadikan islam sebagai sentra pemerintahan. Ketika duduk sebagai Perdana Menteri pada tahun 1982, Mahathir membentuk ICB dengan tujuan mentransformasikan lembaga-lembaga yang bersifat sekuler untuk menjadi lembaga yang berkarakter islam. Selain itu Mahathir juga menugaskan kepada Anwar Ibrahim dan kelompoknya untuk melakukan proses islamisasi di Malaysia. Setelah melalui proses yang beliku,kontinu dan panjang akhirnya pemerintahan Malaysia kini mulai berkarakter islam. Perkembangan di bidang ekonomi misalnya sanagt terasa. Pembangunan di bidang politik yang konstruktif juga kini semakin melesat. Dan bahkan ketikan tahun 2004 muncul isu islam adalah teroris pemerintah Malaysia dengan sigap menanggapi isu tersebut dengan mendirikan Islam Hadhari. Sebenarnya beberapa prinsip yang perlu kita kembangkan dalam hal islamisasi antara lain:
  1. Faith an Pretty in Allah
  2. A just and Trustworthy Government
  3. A free and independent people
  4. Mastery in knowledge
Jadi dengan ini dapat dipahami bahwa sebenarnya stigma negatif yang dilemparkan barat yang mengatakan bahwa agama (termasuk) itu bersifat destruktif apabila diterapkan untuk mengatur negara maupun iptek adalah salah karena islam bukanlah termasuk golongan agama yang seperti itu. Islam adalah agama yang holistik dan benar-benar didesain sebagai rahmatan lil alamin.   
 
Narasumber : Dimas Bayu Wiratakusuma (Mahasiswa IIUM, Malaysia)
Jumat/ 27 Juli 2012/ 20.30 WIB
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Save Bonus Demografi!

S edikit keluar dari keseharian seorang mahasiswa teknik, perlu adanya perenungan terhadap fenomena hangat zaman ini. Sebuah anugerah atau mungkin musibah yang akan diterima bangsa ini. Sebuah kado dari Tuhan yang entah siapa yang memintanya. Bahkan, tidak ada yang pernah menyadari akan kemurahan yang diberikan-Nya itu kepada Bangsa Indonesia. Setiap masalah yang melanda negeri ini, membuat banyak pikiran terdistribusi untuk ikut menyelesaikan. Baik masalah yang bersifat klasik, hingga permasalahan yang 'dibuat-buat' manusia. Seperti halnya bencana alam yang memporak-porandakan tanah air, bentrok yang memecah belah persatuan bangsa, dan korupsi yang menjamur di mana-mana. Akan tetapi, hal seperti itu perlu disikapi dari sudut pandang yang berbeda. Menyelesaikan masalah dengan melakukan berbagai cara yang bersifat preventif. Dalam hal ini selalu berpikir visioner dalam bertindak. Bonus demografi adalah adalah istilah kependudukan untuk menggambarkan tersedianya

Pekerjaan Hati

 Durasi : 1 menit Sumber : drjuanda.com Cukuplah semua itu bermuara di hati yang terdalam Tak perlu kau umbar seperti halnya hitam yang kelam Kau menginginkan siang, tapi kau dapati malam Begitulah dunia yang dipenuhi hukum alam

IYCC #1 : Opportunity and Readiness

Mungkin cerita ini sudah lama dimulai. Hampir sekitar sebulan yang lalu.Tapi momen yang pas buat ditulis memang saat ini. Entah itu karena moodnya bagus atau emang dulu itu lagi malas. hehe. Singkat cerita, setelah dapet surat Invitation buat ikut konferensi internasional (yang pertama bagi saya, pertama keluar Negeri juga, dan pastinya pertama naik pesawat. Yeahhh. :D) saya memutuskan untuk tidak mengikutinya. (anehkan ya kalau itu ditolak). Saya masih ingat sekali apa yang diperbincangkan saat itu bersama coach saya di asrama yaitu mas Wawan Ismanto tea. :D Mungkin kaya gini ceritanya. A= Ane C= Coach aka Mas Wawan Ismanto A : Mas, ane dapet undangan buat ikut International Youth Cultural Conference di Malaysia, tapi kayanya ane kemungkinan besar ga ikut. C : Lho kenapa? deket lho padahal ke Malaysia itu. A : Deket sih deket, tapi ane ga ada dananya mas. C: Emang sekitar berapa gitu kalau berangkat? A: Pesawat sama hotel paling sekitar Sejutaan. (Ngasal jawab tanpa