Menjadi kampus teknik tidak terlepas dari
pembaharuan-pembaharuan teknologi yang dihasilkan. Orientasi untuk terciptanya
teknologi ramah lingkungan pun sudah digagas ITS. Seperti halnya Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang beberapa hari lalu diresmikan. Hal itu
membuat kesan keteknikannya bernilai positif bagi lingkungan dan
biodiversitasnya.
Kampus ITS, Arsip - Dengan
memiliki latar belakang teknik pun tidak membuat ITS lupa akan kontribusi untuk
menyeimbangkan alam. Beberapa kegiatan dihelat yang merujuk kepada
biodiversitas di kawasan kampus ITS tercinta.
Seperti halnya pelaksanaan Gugur Gunung, ribuan pohon
telah ditanam massal. Ratusan burung pun dilepaskan bebas agar terbang melayang
di atas dataran bekas rawa ini. Sehingga muncul kepadatan populasi yang beragam
jenis untuk saling melengkapi.
Betapa signifikan sekali ketika dampak yang
ditimbulkan itu dirasakan manusia di dalamnya. Dampak keseimbangan itu tercipta
ketika Biodiversity tetap terjaga walau kesan teknik melekat dalam tubuh ITS.
Dari situlah terlihat keseriusan ITS dalam menjaga keragaman hayati bagi
kehidupan di bumi ini khususnya kampus ITS.
Hal lainnya pun ditunjukan oleh Jurusan Biologi,
melalui Kelompok Studi Burung Liar (KSBL) Pecuk ITS telah melakukan berbagai
observasi terkait pendataan keberagaman hayati di ITS. Bahkan hingga mengadakan
suatu program kompetisi yang ditujukan kepada mahasiswa di tingkat Nasional
untuk membantu pengumpulan data tersebut.
Data yang telah dilakukan meliputi penggolongan
tumbuhan kedalam kelompok tumbuhan yang bisa dijadikan obat, insektisida, dan
beracun. Di samping itu, fauna pun tidak lepas dari perhatian.
Menurut data rekap (31/5), serangga
yang bersayap sisik (Lepidoptera) seperti kupu-kupu dan ngengat berjumlah
89 spesies. Sedangkan serangga yang termasuk ke dalam ordo odonata
seperti capung berjumlah 24 spesies.
Selain itu, ITS pun memiliki sekitar 79 spesies burung air
maupun bukan burung air. Dari beberapa spesies ada yang termasuk ke dalam
spesies yang dilindungi. Seperti Kuntul Kecil, Cekakak Australia, Cekakak
Sungai, Kuntul Kerbau, Burung Madu, Kipasan Belang, Cangak Besar, dan Blekok
Sawah.
Ada pula satu
spesies yang statusnya terancam punah yaitu Bubut Jawa
(Centropus Nigrorufus) yang berada di ITS. Kategori status keterancaman itu mengacu kepada International
Union for the Conservation of Nature (IUCN) Red list 2007.
Jumlah itu pun masih belum menjadi hasil akhir dari
pendataan yang dilakukan Jurusan Biologi. Alasannya karena masih belum ditambahkan
dengan populasi musang seperti Musang Luwak (Paradoxurus hermaphrodites)
atau yang lainnya. Hingga hewan yang mungkin saja belum terlihat dan terdata
yang berada di ITS.
Bukan hanya itu saja, bahkan jumlah tumbuhan yang ada pun
masih dalam proses rekapitulasi. Hingga saat ini masih belum ada data yang
menyatakan jumlah dari tumbuhan yang menghijaukan kampus ini.
Dari keseluruhan database, fauna yang ada sudah
dilengkapi dengan gambar dari hasil pemotretan mahasiswa ITS akan diabadikan
menjadi sebuah buku dengan empat jilid. Untuk jilid pertama yang akan di-launching
pada saat Dies Natalis ITS ke-52 itu berisi tentang Ekologi secara
keseluruhan.
Tidak hanya itu saja, rencananya pun Jurusan Biologi akan
membuat database itu dijadikan sebuah software. Dimana hal
itu akan menjadi suatu media
pembelajaran dalam mengenal jenis-jenis tanaman dan hewan yang ada di ITS.
Dengan memasukan cirri-cirinya, maka gambar dari yang dimaksud pun akan muncul.
Bukan tentang itu saja keberagaman hayati yang ada di ITS.
Sangat kongkrit terlihat pula ketika masyarakat sekitar ITS banyak yang
memancing maupun mencari ikan di sekitar kali maupun danau ITS. Hal itu
mengartikan bahwa bukan hanya yang disebutkan saja yang hidup di ITS.
Parasit
di Biodiversitas ITS
Keseriusan ITS dalam menjaga Biodiversity pun
terlihat bukan hanya itu saja. Ketika kampus ITS dilabelkan sebagai tempat
konservasi burung, maka ketika ada yang melanggar larangan untuk menembak pun
diberikan tindakan. Salah satunya seperti apa yang diberitakan media online ITS
pada Selasa (12/6) lalu.
Kejadian itu pun tidak untuk yang pertama kalinya.
Pasalnya, sebelum kejadian itu pun sempat ada kejadian yang serupa hanya saja
pelakunya tidak tertangkap tangan. Kebanyakan kasus itu membuat populasi burung
yang ada kian hari kian menurun. Sedangkan usaha ITS untuk menjaga
biodiversitasnya seperti hampir sia-sia.
Oleh karenanya, bentuk dari pelanggaran tersebut akan
ditindak secara khusus oleh Satuan Keamanan Kampus (SKK). Lebih bijaknya lagi
ketika sivitas akademika ITS sendiri mampu menyadarkan pihak-pihak yang tidak
tahu akan pentingnya biodiversitas itu.
Bahkan, pembelajaran yang dilakukan di ruang kuliah bisa
diaplikasikan langsung demi menjaga keseimbangan alam. Bisa saja dengan
menciptakan suatu teknologi yang mengarah kepada sistem perlindungan
biodiversitas. Skala kecilnya dengan penerapan di kampus yang akan berdampak
pula bagi kehidupan masyarakat luas pada umumnya.
Ayo bersama-sama membangun kesejahteraan
makhluk-makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. !
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar untuk respon/pertanyaan. Klik link "Subscribe by email" untuk mengetahui balasan komentar/pertanyaan. NO SPAM, No Links, No SARA, No P*RNO! Komentar berisi LINK & tidak sesuai ketentuan akan langsung dihapus. Jangan lupa diisikan nama usernya sebagai identitas untuk berkomunikasi di blog ini.