Tinggal
menghitung hari, waktu akan merekonstruksi kembali sejarah pada 67 tahun silam.
Perjuangan dan pergerakan akbar dalam mendeklarasikan kata pembebasan. Hidup
dibawah jajahan keji atau hidup dalam kerukunan dan kedamaian. Kemerdekaan yang
menjadi cita-cita bangsa saat itu, saat ini sudah tidak begitu segempar dahulu.
Coba lihat, apa yang membedakan tahun-tahun kemerdekaan ini dengan sebelumnya?
Tidak ada. Yang ada hanyalah suatu kenistaan yang berbalut dengan kotornya
pemilik kekuasaan. Melimpahnya orang kelaparan, meningkatnya kemiskinan bangsa
ini. Apa itu yang dikatakan kemerdekaan? Apakah ini tujuan para Bapak Bangsa
kita dalam mengusahakan kemerdekaan dari para penjajah yang biadab itu? Betapa
besar penderitaan yang sudah dialami bangsa ini. Betapa kerasnya teriakan
kesakitan atas ketidak adilan itu. Tapi, apa yang membedakan saat diucapkan
kata “MERDEKA !!!” pertama kali dengan saat ini?
Bukan
kebebasan yang seperti ini yang bangsa ini harapkan. Bebas untuk memakan hak
orang-orang miskin. Bebas memperlakukan orang yang lemah untuk egoisme semata.
Bukan pula sekedar jabatan yang menindih, menyesakan, dan penuh dengan
kebohongan. Itu hanya kebejatan yang nyata yang mengatasnamakan kebijakan. Betapa berat rasa ini untuk
mengatakan bahwa keadilanlah yang sebenarnya bangsa ini cari. Coba lihat
dibelakangmu, mereka menukarkan darah hanya untuk terlepas dari
kesewenang-wenangan. Memusnahkan keangkuhan dari pencaplokan tak
berperikemanusiaan. Akankah kemerdekaan ini akan selalu dimaknai dengan
pengenangan saja? Apakah hanya dengan statement “mengisi kemerdekaan” saja yang
tertanam dalam bangsa saat ini? Betapa meruginya kita jika itu menjadi pusat
semangat jiwa yang penuh dengan pembaharuan ini.
Beberapa hari
lalu, dampak dari itu pun sangat terasa menusuk dihati bangsa ini.
Ketergantungan Negara ini dalam mengimpor kedelai menjadi buah permasalahan
baru yang ditimbulkan. Buat apa kita mengenal Negeri agraris, yang jika hanya
menancapkan batang singkong saja akan berbuah banyak. Hampa udara dirasakan
kembali dengan melonjaknya harga bahan pangan tahu dan tempe itu. Begitulah
potret atas ketidak mandirian yang melanda Negara yang telah dikatakan “bebas”
67 tahun silam ini. Apakah ini yang ingin disembahkan dalam mengisi kemerdekaan
ke-67? Jika memang itu yang disuguhkan, kemerdekaan ini hanya suatu retorika
saja yang mengartikan kebebasan dari belenggu Belanda semata. Merdeka yang
berarti terlepas dari penindasan fisik, kekerasan terhadap bangsa pribumi saja.
Belum mampu menyentuh dan mewujudkan akan cita-cita dan tujuan Bapak Bangsa
dahulu. Seperti halnya dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dijadikan
konstitusi dasar Negara ini, mengatakan bahwa tujuan kemerdekaan yang
diinginkan adalah membentuk
suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Boleh diakui,
kebanggaan itu mulai muncul disaat 17 tahun silam disaat putra bangsa mampu
menghasilkan pesawat N-250. Pesawat yang diproyeksikan di masa ini menjadi aset
keilmuan berharga bagi kemajuan ekonomi bangsa. Akan tetapi, hal itu lenyap
atas ketidak hormatan oknum penuh iri itu. Penerbangan perdana itu pun menjadi
gambaran tentang suatu perluasan cakrawala pemberdayaan sumber daya manusia
(SDM) yang lebih produktif. Hal itu dirasakan berbeda dengan realita di abad
20-an ini. Banyak dari pasar domestik itu lebih mengandalkan impor. Seperti
yang dikatakan BJ Habibie dalam salah satu media cetak nasional edisi Senin
(13/8). Ia mengatakan saat peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2012
bahwa saat ini pasar domestik dengan peluangnya yang begitu besar “diserahkan”
pada produk impor yang masih perlu dilakukan penelitian, pengembangan, dan
produksi. Produk itupun dibiayai dari pendapatan hasil dari eskpor sumber daya
alam dan dengan cara itulah tidak memberikan sedikit pun ruang terhadap adanya
lapangan pekerjaan bagi bangsa ini. Tidak termasuk pula dari ketamakan para
pemegang kekuasaan dalam memainkan hak orang-orang lemah.
Setidaknya,
luka perih atas tindakan itu sempat terobati dengan embel-embel adanya pesawat
turboprop tercanggih yang dikendalikan sistem fly-by-wire itu. Jika
permasalahan utama dari berbagai masalah kronis di Indonesia ini dikarenakan
faktor ekonomi, maka jika setiap tahun muncul hal serupa dengan mampu membuka
kapasitas lapangan kerja yang cukup besar, gagasan mewujudkan Indonesia
sejahtera bukan angan-angan. Hal itu pun dilandasi dari aksi kecil dari realita
suatu gagasan. Bisa dibayangkan, betapa banyaknya kasus korupsi yang dikarenakan keterdesakan ekonomi.
Kongkritnya ketika seseorang memiliki
kebutuhan tinggi sedangkan finansialnya tidak mendukung, itulah cikal bakal
terjadinya korupsi di Negeri ini. Sehingga ketidak adilan akan dirasakan bagi
mereka yang tidak mampu melakukan kecurangan tersebut. Dengan kata lain, optimisme
untuk mewujudkan kemandirian serta kebebasan dalam mengisi kemerdekaan mampu terealisasikan
dengan beberapa kontribusi nyata maupun aksi perwujudan gagasan meski hanya
sejengkal. Ungkapan inilah sebagai rasa syukur mendalam yang patut kita berikan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karenanya, reaktualisasi peran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) harus mewujud dalam kemandirian bangsa.
Mengutip perkataan Presiden ke-3, implementasi peran iptek dalam berbagai aspek
kehidupan bangsa, dalam konteks masa kini dan masa depan harus menjadi acuan.
Secara kongkritnya, saya mengingatkan diri sendiri sebagai seorang calon engineers ITS yang memiliki basis
seni, teknologi dan sains ini untuk turut andil sebagai motor penggerak bangsa
dalam memajukan momen mengisi kemerdekaan ini menyongsong Indonesia yang lebih
baik dan bermartabat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan
merealisasikan gagasan-gagasan kreatif ke dalam suatu langkah nyata baik itu
hanya sejengkal. Karena bagaimanapun, kita tidak akan pernah tahu bahwa sedikit
langkah itu akan berdampak besar dikemudian hari.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar untuk respon/pertanyaan. Klik link "Subscribe by email" untuk mengetahui balasan komentar/pertanyaan. NO SPAM, No Links, No SARA, No P*RNO! Komentar berisi LINK & tidak sesuai ketentuan akan langsung dihapus. Jangan lupa diisikan nama usernya sebagai identitas untuk berkomunikasi di blog ini.