Langsung ke konten utama

Innovative Materials Engineering Competition

Mengembangkan teknologi menjadi keharusan bagi mahasiswa teknik. Akan tetapi, kali ini hal itu diterapkan kepada objek yang berbeda. Yaitu mereka yang masih menginjak bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal itu sebagai upaya untuk membentuk peradaban teknologi yang dimotori oleh generasi muda. Pada Minggu (29/4), Himpunan Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi (HMMT) mengemasnya melalui program Innovative Materials Engineering Competition (IMEC).

Setiap insan berpendidikan berhak untuk melakukan penelitian seputar teknologi. Hal itu sesuai dengan tidak adanya batasan usia untuk melakukan penelitian. Jika mereka mampu itulah yang menjadi pembatas sebenarnya. Sehingga, beberapa siswa membuktikan kemampuan mereka dengan mengikut sertakannya diajang material inovatif ala HMMT.

Sebanyak 25 proposal yang masuk dari SMA-SMA se-Jawa dan Bali, hanya 11 peserta yang maju menjadi finalis. Itu semua tidak lepas dari adanya kesiapan siswa untuk berinovasi berbasis material komposit. Sehingga untuk membangun peradaban teknologi yang berbasis material komposit sebagai sumber energi dari generasi muda bisa tercapai. ''Oleh karena itu, peserta mengarahkan inovasinya sesuai itu,'' ungkap Febri Nugroho, koordinator steering comitee Material Engineering Event (MEV).

Ia menambahkan, material komposit merupakan material yang mampu memperbaiki sifat mekanik suatu bahan. Penggunaannya dengan mencampurkannya ke dalam suatu paduan bahan lainnya yang berbasis non logam. Seperti halnya memadukan serat eceng gondok kepada adonan untuk membuat batu bata.

Pemilihan material komposit sebagai basic lomba memiliki alasan yang signifikan. Pasalnya, material komposit masih bisa didefinisikan secara luas. Pemanfaatan bahan yang berasal dari limbah-limbah tidak terpakai, menjadikan sumber energi baru. Sehingga, produk yang dihasilkan pun ramah lingkungan. ''Dengan kata lain, program ITS eco campus dapat terbantu terealisasikan,'' jelas mahasiswa yang biasa disapa Febri itu.

Seperti halnya yang dilakukan oleh David, salah satu peserta IMEC, memamerkan hasil penelitiannya yang berasal dari Colocasia Esculenta atau talas. Talas itu ia manfaatkan menjadi sumber energi listrik. Walau menggunakan peralatan sederhana, penelitiannya ini mampu menghidupkan jam weker seperti layaknya baterai pada umumnya. ''Untuk ketahanan dan output voltasenya, diatur oleh lamanya proses fermentasi,'' tegas Siswa SMAN 1 Lamongan itu.

Dalam kesempatan lain, Ir Rochman Rochiem MSc, salah satu juri IMEC mengungkapkan apresiasinya atas tindakan yang dilakukan anak-anak SMA itu. Pasalnya, dengan berbagai keterbatasan mereka mampu menciptakan suatu inovasi yang ke depannya mampu dikembangkan oleh para mahasiswanya. ''Penelitian awal ini harus terus dikembangkan untuk kepentingan bersama,'' pungkasnya. (qly)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Save Bonus Demografi!

S edikit keluar dari keseharian seorang mahasiswa teknik, perlu adanya perenungan terhadap fenomena hangat zaman ini. Sebuah anugerah atau mungkin musibah yang akan diterima bangsa ini. Sebuah kado dari Tuhan yang entah siapa yang memintanya. Bahkan, tidak ada yang pernah menyadari akan kemurahan yang diberikan-Nya itu kepada Bangsa Indonesia. Setiap masalah yang melanda negeri ini, membuat banyak pikiran terdistribusi untuk ikut menyelesaikan. Baik masalah yang bersifat klasik, hingga permasalahan yang 'dibuat-buat' manusia. Seperti halnya bencana alam yang memporak-porandakan tanah air, bentrok yang memecah belah persatuan bangsa, dan korupsi yang menjamur di mana-mana. Akan tetapi, hal seperti itu perlu disikapi dari sudut pandang yang berbeda. Menyelesaikan masalah dengan melakukan berbagai cara yang bersifat preventif. Dalam hal ini selalu berpikir visioner dalam bertindak. Bonus demografi adalah adalah istilah kependudukan untuk menggambarkan tersedianya

Pekerjaan Hati

 Durasi : 1 menit Sumber : drjuanda.com Cukuplah semua itu bermuara di hati yang terdalam Tak perlu kau umbar seperti halnya hitam yang kelam Kau menginginkan siang, tapi kau dapati malam Begitulah dunia yang dipenuhi hukum alam

IYCC #1 : Opportunity and Readiness

Mungkin cerita ini sudah lama dimulai. Hampir sekitar sebulan yang lalu.Tapi momen yang pas buat ditulis memang saat ini. Entah itu karena moodnya bagus atau emang dulu itu lagi malas. hehe. Singkat cerita, setelah dapet surat Invitation buat ikut konferensi internasional (yang pertama bagi saya, pertama keluar Negeri juga, dan pastinya pertama naik pesawat. Yeahhh. :D) saya memutuskan untuk tidak mengikutinya. (anehkan ya kalau itu ditolak). Saya masih ingat sekali apa yang diperbincangkan saat itu bersama coach saya di asrama yaitu mas Wawan Ismanto tea. :D Mungkin kaya gini ceritanya. A= Ane C= Coach aka Mas Wawan Ismanto A : Mas, ane dapet undangan buat ikut International Youth Cultural Conference di Malaysia, tapi kayanya ane kemungkinan besar ga ikut. C : Lho kenapa? deket lho padahal ke Malaysia itu. A : Deket sih deket, tapi ane ga ada dananya mas. C: Emang sekitar berapa gitu kalau berangkat? A: Pesawat sama hotel paling sekitar Sejutaan. (Ngasal jawab tanpa