Manusia merupakan salah satu pelaku mutlak kehidupan. Tokoh yang akan berperan
banyak di muka Bumi ini. Semua yang ada di Bumi diamanahkan kepada manusia
untuk dikelola. Seperti menjaga keutuhan dan kelestarian alam contohnya. Dengan
kata lain manusia diciptakan untuk menjadi khalifah.
Manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Selain itu untuk menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, dan menegakkan keadilan. Di sisi lain, manusia juga sebagai hamba Allah. Menyembah-Nya dan berserah diri atas apa-apa yang dilakukan hanya kepada Allah. Dimana jelas sekali bahwa manusia adalah kecil sebagai hamba Allah. Akan tetapi sebagai khalifah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 yang artinya :
Manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Selain itu untuk menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, dan menegakkan keadilan. Di sisi lain, manusia juga sebagai hamba Allah. Menyembah-Nya dan berserah diri atas apa-apa yang dilakukan hanya kepada Allah. Dimana jelas sekali bahwa manusia adalah kecil sebagai hamba Allah. Akan tetapi sebagai khalifah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 yang artinya :
“Dan ingatlah ketikaTuhanmu berfirman kepada para
malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khaifah di muka bumi.’ Mereka berkata : ‘Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Sehingga, dunia ini akan memiliki output yang baik
jika hal itu diimbangi dengan input yang sesuai. Yang akan memberikan treatment
terhadap Bumi sendiri adalah manusia. Dengan begitu, perlu juga adanya suatu
pertimbangan terkait hal tersebut. Alasannya karena akan sangat banyak sekali
hal yang harus disiapkan untuk melawan berbagai macam virus yang akan
mengganggu pelaksanaan amanah tersebut. Itu semua tidak luput dari penentuan
pilihan dari setiap individu yang memiliki keaneka ragaman. Semua itu
dikembalikan lagi kepada diri masing-masing, akan di bagaimanakan amanah itu
dibawa? Apakah itu mengarah ke sebuah jalan yang buntu, tidak mengenakan dan
tidak di Ridhai Allah, atau malah sebaliknya menuju jalan yang lurus dengan penuh
barakah.
Walaupun demikian, cakupan untuk menjaga dan
memelihara Bumi sendiri sangat luas. Salah satunya bisa dengan membentuk suatu
peradaban yang sesuai dengan Alquran dan Assunah. Apalagi saat ini sangat
banyak sekali upaya untuk memudarkan kehidupan islami. Oleh karena itu perlu
suatu upaya mencegah agar itu tidak sampai terjadi. Bahkan mampu menangkis
upaya negatif yang datang dari luar maupun dari umat islam itu sendiri. Salah
satu upaya untuk membentuk hal itu adalah dengan mengadakan sebuah kegiatan
pembinaan Agama Islam yang intensif. Dimana hal ini mampu dijadikan sebagai reminder atau pengingat bagi pelakunya. Hal
yang tidak terbayangkan sebelumnya, waktu itu saya berpikiran bahwa jika saya
kuliah nanti khawatir terpengaruh oleh berbagai persepsi terkait mahasiswa. Banyak
anggapan bahwa dunia kampus itu sangat jauh dari Islam. Akan tetapi, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menangkis anggapan itu. Kekhawatiran
yang dahulu sempat singgah itu secara tiba-tiba menghilang sendiri. Bukan tanpa
alasan sebenarnya, tapi itu memang karena ada hal yang mempengaruhinya.
Sebuah perkenalan yang sangat
berkesan sekali dengan dunia mentoring. Dengan adanya kegiatan inilah aura
negatif yang selalu mengikuti saya berubah menjadi kedamaian dan ketenangan.
Sehingga, seiring dengan berputarnya waktu dari pagi hingga malam dan bertemu
dengan pagi kembali, saya memutuskan bahwa kuantitas mentoring secara intensif
ini sangat penting untuk ke depannya. Itu karena sumber daya manusia yang ada
dituntut untuk berperan di dalamnya. Berperan bagaimana untuk memutuskan
perkara yang baik. Inilah yang menjadi harapan banyak orang terhadap manusia
yang berakhlak. Bukan saja yang memiliki karakter, akan tetapi inti dari hal
itulah yang harus diresapi, yaitu akhlak.
Urgensi akhlahlah yang harus selalu
ditekankan dalam kehidupan kita. Apalagi dengan mengartikan mentoring
sendiri sebagai wadah atau media yang digunakan sebagai ajang transformasi.
Merubah dari suatu kebiasaan yang tidak baik dan biasa menjadi insan kamil dan
luar biasa, Karena hal ini pun tidak mudah untuk diraih. Apalagi ketika melihat
dari kondisi lingkungan sekitar yang tidak kondusif. Maka sebagaimana kerasnya
pun usaha yang dilakukan jika gaya negatif dari luar yang diterima tidak mampu
kita kalahkan, maka itu hanya akan berdampak tidak signifikan. Sehingga sangat
diperlukan sekali suatu media yang mampu memfasilitasi dan mengkondisikannya
agar kita berakhlak. Akhlak inilah yang harus kita latih secara berkelanjutan.
Sehingga fungsi manusia sebagai hamba Allah secara tidak langsung mampu diraih.
Kehidupan akhirat yang sudah sangat kita nanti-nantikan Insya Allah bisa
tercapai pula. Sebagaimana sabda Rasulullah :
“Tidak ada sesuatu yang lebih
berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik.” (HR. Abu
Dawud)
Dengan
begitu, jika manusia diberikan akal untuk berpikir secara rasional, akal yang
menjadi pembeda dengan makhluk lainnya, apakah tidak bisa kita pikirkan
seberapa beruntungnya kita jika mendapatkan itu?. Akan tetapi, memang tidak
mudah untuk melakukan kebaikan itu. Selalu saja ada setan yang menghalangi
maupun menggangu jalan kita untuk berbuat kebajikan. Hal itu sudah menjadi
sunatullah bahwa setan akan selalu mengganggu manusia hingga mereka
mengikutinya menuju jalan yang sesat. Dengan kata lain, mentoring ini memiliki
tingkat urgenitas tinggi sehingga perlu masuk ke dalam kategori prioritas hidup
kita.
Mentoring
ini sangat memiliki efektifitas yang sangat tinggi dalam beberapa hal. Bukan
hanya dijadikan sebagai majelis ilmu saja, akan tetapi saya rasa sudah lebih
dari itu. Bagaimana kita bisa berkumpul dan berbagi ilmu itu sudah tentu kita
dapatkan dalam mentoring. Akan tetapi hal yang menjadi nilai lebih adalah
seberapa jauh kita mampu mengontrol kegiatan kita selama satu minggu. Memang
tidak ada yang melihat terhadap hal yang kita lakukan, akan tetapi tanggung
jawab untuk melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh selalu tidak membohongi
hati kita. Seperti yang saya rasakan, akan selalu ada rasa bersalah yang
menempel dalam jiwa jika kita tidak melakukan apa yang sudah diberi tahu. Apalagi
dengan mengingat bahwa ilmu itu harus diamalkan agar bermanfaat. Kemudian
sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Seperti
halnya apa yang dikisahkan Abu Musa. Ia mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Perumpamaan apa
yang diutuskan Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan
lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima
air (dan dalam riwayat yang mu'allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian
yang dapat menerima air ), lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak. Daripadanya
ada yang keras dapat menahan air dan dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada
manusia lalu mereka minum, menyiram, dan bertani. Air hujan itu mengenai
kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air dan tidak dapat
menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama
Allah dan apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai dan
mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, dan ia tidak
mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya."
Berdasarkan
sabda tersebut kita seharusnya mampu menjadikan ilmu yang kita dapatkan itu
sebagai ladang amal bagi diri kita sendiri. Bagaimana tidak, dengan kita
mengetahui ilmu itu maka kita mampu berbagi kepada orang lain. Sehingga orang
lain pun akan memiliki tanggung jawab yang sama untuk mengamalkan. Dengan kata
lain hanya berawal dari orang sedikit, tanggung jawab untuk menjalankan kebenaran
menjadi luas. Beda halnya jika kita memberitahukan kepada orang banyak suatu
ilmu, akan tetapi hanya sedikit di antara mereka yang mengamalkan. Alangkah
lebih baiknya jika hal itu bisa dilaksanakan oleh banyak orang. Inilah sisi
efektifitas yang diberikan saat mentoring. Betapa tidak ruginya kita jika
meluangkan waktu sekedar satu setengah jam hanya untuk mengevaluasi diri
sendiri, silaturahim, menuntut ilmu, dan berbagi ilmu.
Jadi
jika kita ambil garis lurusnya bahwa mentoring mampu dijadikan sebagai ajang
untuk belajar, beramal, berbagi, dan penambah kadar iman dan ketaqwaan kita. Jika
ini semua bisa terwujud maka akan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi diri
kita dan kehidupan manusia secara umumnya. Sehingga cita-cita islam untuk
mengembalikan kondisi dunia saat ini yang berantakan akan bisa terwujud. Itupun
tak lepas dari kesadaran masing-masing manusia atas kewajiban mereka hidup dan
prioritas yang mereka tentukan. Maka sudah barang tentu juga jika dunia ini
akan memiliki peradaban yang baik dengan manusia yang berakhlak di samping
berkarakter.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar untuk respon/pertanyaan. Klik link "Subscribe by email" untuk mengetahui balasan komentar/pertanyaan. NO SPAM, No Links, No SARA, No P*RNO! Komentar berisi LINK & tidak sesuai ketentuan akan langsung dihapus. Jangan lupa diisikan nama usernya sebagai identitas untuk berkomunikasi di blog ini.