Aku adalah sosok yang ada hari ini, seperti apa yang terlihat sekarang
dan dengan sebuah keterdesakan akan suatu kondisi. Keterdesakan untuk membantu
kedua orangtua dan orang sekitarku dari jeruji kemiskinan, kelaparan dan
penindasan.
Lahir dari keluarga yang penuh kehangatan dan kasih sayang
membuatku terus bertahan diatas semua gemuruh rasa keluh dan kesah dunia.
Menjadi seseorang yang diandalkan di keluarga sebagai suatu tanggung jawab
tersendiri setelah lahirnya adik-adikku ke dunia. Benar, beginilah aku menjadi
anak pertama dari 4 bersaudara. Orangtuaku memberi nama aku FIQLY FIRNANDI
RAMADHAN. Mungkin dibalik nama itu ada sebuah makna yang akan terus menjadi doa
yang terkandung bagi esensi kehidupanku.
Sebuah kebanggaan yang aku haturkan kepada kedua
orangtuaku yang tak disangka-sangka dari pemikiran seorang pedagang warung
biasa yang hanya lulusan sekolah menengah atas mampu memberikan nama yang luar
biasa ini. Aku sempat bertanya kenapa aku ini diberi nama seperti itu, kenapa
tidak dengan nama Akbar atau apalah itu. Mereka menjawab dengan penuh
kewibawaan bahwa dibalik nama itu ada sebuah makna terkandung, yaitu Filsafat
Ilmu Qur’an Lebih Indah dan apabila setiap huruf depannya digabungkan maka akan
menjadi FIQLY yang dibentuk dengan huruf arab menjadi فِقْلِيْ. Itu menjadi sebuah semangat tersendiri buatku
untuk terus mendalami Kitab Suci Al-Qur’an hingga aku menemukan keindahan dari
makna yang terkandung dalam namaku serta aku haturkan juga atas keduanya yang
sudah menuntun dan mendidik aku menjadi
seorang pribadi mandiri yang siap melawan derasnya arus dunia yang melanda saat
ini. Berpondasikan Agama Islamlah mereka membekaliku dalam setiap langkah dan
perjuanganku dalam menuntut ilmu. Semoga engkau selalu dalam lindungan Allah
Swt. di tempat yang jauh disana. Aamiin…
Aku tinggal di sebuah
rumah tua di daerah kampung Pajagan RT 01/11 Desa Benda Kecamatan Cicurug
Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, yang selalu menjadi tempat aku bernaung
dari teriknya matahari, dinginnya angin malam dan tempat semua harapan dan doa
dipanjatkan diwaktu malam. Aku sangat bersyukur kepada Allah yang telah
memberikan izinnya kepadaku untuk terus mampu mencari dan menuntut ilmunya yang
sangat luas ini seperti air lautan yang baru aku dapatkan kurang dari
setetesnya pun. Tidak banyak orang yang berkesempatan seperti aku. Anak yang
lahir dari pasangan yang romantis yang lahir pada 26 Februari 1993 di Sukabumi,
mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dulu, orangtuaku sangat
tidak mendukung sekali bahwa anaknya melanjutkan pendidikan karena salah satu
sisi keluarga kami sangat minim yaitu masalah pembiayaan. Oleh karena itu aku
ingin memanfaatkan kesempatan emas yang sedang berkunjung kepadaku yag tidak
akan pernah singgah untuk kesekian kalinya.
Dahulu, aku tidak
pernah terpikirkan untuk kuliah. Masa-masa sekolah menengah merupakan masa yang
paling membingungkan buatku. Dimana aku harus mampu memilih jalan sendiri.
Sebenarnya aku tidak merasakan masa SMA karena lingkungan lamaku adalah SMK/STM
(Sekolah Menengah Kejuruan) yang notabene diorientasikan kepada dunia kerja.
SMK Negeri 1 kota Sukabumi tepatnya aku bersekolah. Aku pun harus menempuh
perjalanan dengan waktu 1,5 jam untuk sampai di sekolah dengan menggunakan
kendaraan umum. Tapi, itu tidak melunturkan semangatku untuk terus menimba
ilmu. Malah, dengan benturan waktu itu membuat aku terus bangkit untuk melawan
kemalasan yang saat ini banyak melanda para kaum muda di Indonesia. Baik itu
malas untuk memperbaiki diri ataupun malas untuk memanfaatkan kesempatan yang
datang. Sekolah merupakan tempat dimana aku menemukan hakikat diri sendiri dan
begitu banyak pelajaran yang didapat tentang hidup. Jauh dari orangtua selama 1
tahun. Subhanallah sebuah pengalaman hidup yang tidak akan pernah pudar walau
derasnya aliran dunia menerpa. Kemarin, sekarang dan hari yang akan datang
merupakan suatu unsur kesatuan hidup yang tidak dapat disatukan, diputar dan
diurut sesuai keinginan karena itu semua bersifat mutlak. Kemarin putih abu
masih melekat dalam diriku, sekarang kedua warna itu mulai memudar dan menyatu
dengan warna-warninya nusantara. Benar, hari ini aku bukan lagi menjadi seorang
siswa melainkan menjadi seorang mahasiswa yang notabene sedang mengalami fase
perubahan dari fase siswa menjadi fase mahasiswa.
Aku ingin tetap
komitmen terhadap motto hidupku bahwa “Hidup bukanlah permainan belaka, walau
kita berada dalam panggung sandiwara karena Allah tujuanku”. Tak pernah lepas
dari bayangku bahwa aku ingin selalu membantu orang-orang disekitarku agar aku
menjadi sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain. Disinilah awal
dari pencerahanku akan suatu tujuan hidup yang akan aku laksanakan. Setiap
orang memiliki tujuan, baik dalam hal yang kecil sekalipun. Aku pun seperti
itu, semoga niat baikku ini menjadi landasan keridhaan Allah terhadap langkah
dan keputusan yang sudah aku terima sekarang. Rasa syukur yang harus selalu aku
ingat dan lakukan adalah bagaimana aku memanfaatkan kesempatan yang ada dalam
genggamanku menjadi sebuah keberuntunganku bagi Dunia dan Akhiratku kelak.
Sebuah amanah dari semua rakyat Indonesia yang telah membiayaiku.
Bukan karena kelebihan
aku bisa seperti sekarang, bukan karena apapun aku bisa ada di kampus
perjuangan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini melainkan atas
kehendak dan izin-Nya dan segala kemurahan-Nyalah aku bisa berjuang dikampus
biru. Sebuah lembaran petualangan baru untuk terus berkelana mencari sebuah
cahaya yang mampu menerangi gelapnya dunia saat ini dan menerangi sekitarku.
Berpikir positif dan tetap optimis dalam melihat jalan kedepan. Aku yakin ITS
adalah yang terbaik buatku dan aku berharap dari sinilah semua apa yang aku
dapatkan dahulu hingga sekarang, mampu memberikan impact positif bagi kehidupan yang tidak dapat diprediksikan
lamanya ini. Semoga Allah memudahkan jalanku dalam menuntut ilmu di Kampus
Perjuangan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Ini merupakan Titik
balik menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya dalam memandang kehidupan setelah
ini, berpikir untuk terus merasa akan hidup selamanya agar hidup ini tidak
disia-siakan dengan hal yang tidak bermanfaat dan selalu mengingat akan
kematian. Aku harus berjuang terus agar apa yang ada dalam goresan-goresan
tinta ini menjadi sebuah hal yang nyata dalam sejarah manusia. Tidak ada yang
sempurna tetapi tidak ada salahnya jika kita terus bergerak menuju titik tak
hingga suatu kesempurnaan yang tidak memiliki persamaan matematis dan tidak
dapat dihitung dengan menggunakan segala teori-teori fisika yang sudah
berserakan dalam atmosfer pendidikan. Yah benar, tak hingga berarti tidak
terputus pada suatu titik. Inilah keluarga baruku, bagaimanapun adanya dengan
segala hitam dan putihnya dalam meraih gemerlap cahaya kehidupan menuju insan
yang berguna bagi keluarga, nusa, bangsa dan agamaku. Aku harus tetap optimis
untuk menggenggam dunia dalam jari-jemariku yang penuh dengan ketidakmampuan
kecuali dengan izin dari Allah. Semoga ini menjadi awal yang baik menuju akhir
yang penuh Ridha Ilahi.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar untuk respon/pertanyaan. Klik link "Subscribe by email" untuk mengetahui balasan komentar/pertanyaan. NO SPAM, No Links, No SARA, No P*RNO! Komentar berisi LINK & tidak sesuai ketentuan akan langsung dihapus. Jangan lupa diisikan nama usernya sebagai identitas untuk berkomunikasi di blog ini.