Langsung ke konten utama

Cerita di Awal Perjuanganku Menuntut Ilmu (Part 1)


Aku adalah sosok yang ada hari ini, seperti apa yang terlihat sekarang dan dengan sebuah keterdesakan akan suatu kondisi. Keterdesakan untuk membantu kedua orangtua dan orang sekitarku dari jeruji kemiskinan, kelaparan dan penindasan.
Lahir dari keluarga yang penuh kehangatan dan kasih sayang membuatku terus bertahan diatas semua gemuruh rasa keluh dan kesah dunia. Menjadi seseorang yang diandalkan di keluarga sebagai suatu tanggung jawab tersendiri setelah lahirnya adik-adikku ke dunia. Benar, beginilah aku menjadi anak pertama dari 4 bersaudara. Orangtuaku memberi nama aku FIQLY FIRNANDI RAMADHAN. Mungkin dibalik nama itu ada sebuah makna yang akan terus menjadi doa yang terkandung bagi esensi kehidupanku.

Sebuah kebanggaan yang aku haturkan kepada kedua orangtuaku yang tak disangka-sangka dari pemikiran seorang pedagang warung biasa yang hanya lulusan sekolah menengah atas mampu memberikan nama yang luar biasa ini. Aku sempat bertanya kenapa aku ini diberi nama seperti itu, kenapa tidak dengan nama Akbar atau apalah itu. Mereka menjawab dengan penuh kewibawaan bahwa dibalik nama itu ada sebuah makna terkandung, yaitu Filsafat Ilmu Qur’an Lebih Indah dan apabila setiap huruf depannya digabungkan maka akan menjadi FIQLY yang dibentuk dengan huruf arab menjadi فِقْلِيْ. Itu menjadi sebuah semangat tersendiri buatku untuk terus mendalami Kitab Suci Al-Qur’an hingga aku menemukan keindahan dari makna yang terkandung dalam namaku serta aku haturkan juga atas keduanya yang sudah menuntun  dan mendidik aku menjadi seorang pribadi mandiri yang siap melawan derasnya arus dunia yang melanda saat ini. Berpondasikan Agama Islamlah mereka membekaliku dalam setiap langkah dan perjuanganku dalam menuntut ilmu. Semoga engkau selalu dalam lindungan Allah Swt. di tempat yang jauh disana. Aamiin…

            Aku tinggal di sebuah rumah tua di daerah kampung Pajagan RT 01/11 Desa Benda Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, yang selalu menjadi tempat aku bernaung dari teriknya matahari, dinginnya angin malam dan tempat semua harapan dan doa dipanjatkan diwaktu malam. Aku sangat bersyukur kepada Allah yang telah memberikan izinnya kepadaku untuk terus mampu mencari dan menuntut ilmunya yang sangat luas ini seperti air lautan yang baru aku dapatkan kurang dari setetesnya pun. Tidak banyak orang yang berkesempatan seperti aku. Anak yang lahir dari pasangan yang romantis yang lahir pada 26 Februari 1993 di Sukabumi, mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dulu, orangtuaku sangat tidak mendukung sekali bahwa anaknya melanjutkan pendidikan karena salah satu sisi keluarga kami sangat minim yaitu masalah pembiayaan. Oleh karena itu aku ingin memanfaatkan kesempatan emas yang sedang berkunjung kepadaku yag tidak akan pernah singgah untuk kesekian kalinya.

            Dahulu, aku tidak pernah terpikirkan untuk kuliah. Masa-masa sekolah menengah merupakan masa yang paling membingungkan buatku. Dimana aku harus mampu memilih jalan sendiri. Sebenarnya aku tidak merasakan masa SMA karena lingkungan lamaku adalah SMK/STM (Sekolah Menengah Kejuruan) yang notabene diorientasikan kepada dunia kerja. SMK Negeri 1 kota Sukabumi tepatnya aku bersekolah. Aku pun harus menempuh perjalanan dengan waktu 1,5 jam untuk sampai di sekolah dengan menggunakan kendaraan umum. Tapi, itu tidak melunturkan semangatku untuk terus menimba ilmu. Malah, dengan benturan waktu itu membuat aku terus bangkit untuk melawan kemalasan yang saat ini banyak melanda para kaum muda di Indonesia. Baik itu malas untuk memperbaiki diri ataupun malas untuk memanfaatkan kesempatan yang datang. Sekolah merupakan tempat dimana aku menemukan hakikat diri sendiri dan begitu banyak pelajaran yang didapat tentang hidup. Jauh dari orangtua selama 1 tahun. Subhanallah sebuah pengalaman hidup yang tidak akan pernah pudar walau derasnya aliran dunia menerpa. Kemarin, sekarang dan hari yang akan datang merupakan suatu unsur kesatuan hidup yang tidak dapat disatukan, diputar dan diurut sesuai keinginan karena itu semua bersifat mutlak. Kemarin putih abu masih melekat dalam diriku, sekarang kedua warna itu mulai memudar dan menyatu dengan warna-warninya nusantara. Benar, hari ini aku bukan lagi menjadi seorang siswa melainkan menjadi seorang mahasiswa yang notabene sedang mengalami fase perubahan dari fase siswa menjadi fase mahasiswa.

            Aku ingin tetap komitmen terhadap motto hidupku bahwa “Hidup bukanlah permainan belaka, walau kita berada dalam panggung sandiwara karena Allah tujuanku”. Tak pernah lepas dari bayangku bahwa aku ingin selalu membantu orang-orang disekitarku agar aku menjadi sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain. Disinilah awal dari pencerahanku akan suatu tujuan hidup yang akan aku laksanakan. Setiap orang memiliki tujuan, baik dalam hal yang kecil sekalipun. Aku pun seperti itu, semoga niat baikku ini menjadi landasan keridhaan Allah terhadap langkah dan keputusan yang sudah aku terima sekarang. Rasa syukur yang harus selalu aku ingat dan lakukan adalah bagaimana aku memanfaatkan kesempatan yang ada dalam genggamanku menjadi sebuah keberuntunganku bagi Dunia dan Akhiratku kelak. Sebuah amanah dari semua rakyat Indonesia yang telah membiayaiku.
           
            Bukan karena kelebihan aku bisa seperti sekarang, bukan karena apapun aku bisa ada di kampus perjuangan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini melainkan atas kehendak dan izin-Nya dan segala kemurahan-Nyalah aku bisa berjuang dikampus biru. Sebuah lembaran petualangan baru untuk terus berkelana mencari sebuah cahaya yang mampu menerangi gelapnya dunia saat ini dan menerangi sekitarku. Berpikir positif dan tetap optimis dalam melihat jalan kedepan. Aku yakin ITS adalah yang terbaik buatku dan aku berharap dari sinilah semua apa yang aku dapatkan dahulu hingga sekarang, mampu memberikan impact positif bagi kehidupan yang tidak dapat diprediksikan lamanya ini. Semoga Allah memudahkan jalanku dalam menuntut ilmu di Kampus Perjuangan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

            Ini merupakan Titik balik menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya dalam memandang kehidupan setelah ini, berpikir untuk terus merasa akan hidup selamanya agar hidup ini tidak disia-siakan dengan hal yang tidak bermanfaat dan selalu mengingat akan kematian. Aku harus berjuang terus agar apa yang ada dalam goresan-goresan tinta ini menjadi sebuah hal yang nyata dalam sejarah manusia. Tidak ada yang sempurna tetapi tidak ada salahnya jika kita terus bergerak menuju titik tak hingga suatu kesempurnaan yang tidak memiliki persamaan matematis dan tidak dapat dihitung dengan menggunakan segala teori-teori fisika yang sudah berserakan dalam atmosfer pendidikan. Yah benar, tak hingga berarti tidak terputus pada suatu titik. Inilah keluarga baruku, bagaimanapun adanya dengan segala hitam dan putihnya dalam meraih gemerlap cahaya kehidupan menuju insan yang berguna bagi keluarga, nusa, bangsa dan agamaku. Aku harus tetap optimis untuk menggenggam dunia dalam jari-jemariku yang penuh dengan ketidakmampuan kecuali dengan izin dari Allah. Semoga ini menjadi awal yang baik menuju akhir yang penuh Ridha Ilahi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Andai Engineer menjadi Ketua KPK

kezaliman pun seiring bertambahnya waktu semakin memuncak. Itulah korupsi yang sudah meradang akut di Negeri ini. Akan tetapi, saya memiliki kepercayaan bahwa selagi dunia masih berputar, masih ada peluang saya untuk merubahnya. Bukan pengharapan dari manusia berupa materiil dan ucapan terima kasih, tapi hanya ridho Allah saja yang menjadi tujuan perjalanan akhir.  Seperti pantulan bola tenis, adakalanya ia memuncak dan menurun. Begitu pula dengan korupsi yang   akan mengalami pasang surut dari masa ke masa. Korupsi akan merosot menurun hingga titik nolnya. Indonesia yang bersih dari korupsi itu akan terwujud ketika saya menjadi   Ketua KPK, seorang calon sarjana Teknik yang cerdas, amanah, dan kreatif. Memberikan pencerdasan kepada seluruh elemen masyarakat, menjadi salah satu upaya untuk menghalau korupsi. Dari sana, peran dari KPK untuk memonitor penyelenggaraan pemerintah negara bisa lebih kuat. Karena kepedulian akan korupsi bisa   meningkat. Semu...

I Miss You, An Apple Tree...

Halo sahabat mujahid ilmu… Begitu senang rasanya kembali melankolis untuk sedikit berbagi. Entah hawa apa yang telah mendorong keinginanku untuk menuliskan ini. Yang jelas, ledakan ini sebanding dengan kerinduanku pada kedua orangtuaku nan jauh di sana -Semoga Allah melindungi dan menjagamu mamah dan bapak- Aamiin. Mungkin ini tulisan yang sangat melankolis buatku. Hanya malam yang tahu betapa rindunya diri ini untuk memeluk mereka erat, meluapkan kerinduan yang selalu menyesakan dada. Wah, gara-gara pohon apel nih yang uda buat saya nulis begini. Tapi tidak apa-apa, memang itu yang membuatku semakin rindu tak tertahankan kepada kedua orangtuaku. Di malam inilah, Sabtu, 16 Februari 2013 pukul 23.23 aku luruskan badanku menyandarkan tulang belakangku untuk melamun. Tak sadar, akhirnya aku pun terbawa ke dalam kisah pohon apel dan anak lelaki.

Go Fighting !!!

Saatnya berjuang kembali meniti perubahan berlari sampai ujung dunia aku akan menuju tempat dimana aku menuntut ilmu mencari kebesaran Allah yang Maha Besar Menemukan Keagungan-Nya Dalam setiap denyut nadi dan hembusan nafas That's All will be Impossible If I'm still here Just look and sit Memang bahagia akan tercapai tergantung pemikiran kita Banyak yang menginginkannya tak jarang juga orang yang terjatuh olehnya hingga ia frustasi Apakah aku akan seperti itu? Sesungguhnya ketenangan itu datang Saat kita mengingat Zat Yang Menciptakan Langit dan Bumi Kawan, hari ini merupakan dimana aku menemukan kembali sebuah kebahagiaan. Menemukan caraku untuk menjalani hidup. Bukan seperti hidupnya ayam, mencari makan dan dimakan. Tapi, hidup ini tak lain akan menjadi sebuah torehan tinta emas dalam peradabannya. Aku sudah terlena akan melihat masa depan. Sehingga, hari ini pun hampir aku tinggalkan. seperti layaknya orang yang melamun seharian saja. Disaat Shalatku akhi...